Kali ini saya mencoba untuk sedikit bercerita tentang pendakian saya yaitu Gunung Sindoro. Gunung ini merupakan sebuah gunung volkano aktif yang terletak di jawa tengah, indonesai dengan temanggung sebagai kota terdekat. Gunung sindoro memiliki ketinngian 3.136 Mdpl di bawah permukaan laut. Sama seperti pendakian sebelumnya saya masih dengan ke-4 orang kawan lama saya.
Bagian Satu...
Setelah pendakian pertama yang dilakukan 2 tahun lalu pada tahun 2020 bersama ke-4 orang sedari lama ini pada saat pandemi Covid-19 ke Gunung Prau, saya dan ke-4 manusia absurd yang masih tergolong dalam tim futsal ini membuat rencana untuk pendakian ke 2 kami, kali ini Gunung Sindoro. Kami sepakati untuk mencoba kembali melihat indahnya lautan awan dari Puncak Gunung Sindoro, jawa tengah, Indonesia.
Menarik kebelakang sedikit rencana perjalanan ke Gunung Sindoro ini awal nya ada salah satu kawan dari kawan saya yang menggembar gemborkan untuk pendakian gunung namun alhasil dipertengahan jalan sebelum keberangkatan dia memutuskan untuk tidak ikut, aneh orang yang yg mengajak malah dia yg tidak ikut. Sudah kepalang tanggung obrolan yang sudah setengah matang di grup wa kalo tidak di eksekusi. Alhasil kami berlima lah yang akhirnya untuk memutusakn tetap melanjutkan rencana awal. Setelah lama banyaknya percakapan dan masukan sana sini kami memutusakan untuk mulai berangkat tgl 15 September 2022. Mulailah kami membagi untuk menyiapkan perlengkapan-perlengkapan yang harus dibawa baik mandiri maupun tim.
Sedikit informasi kami naik ke Gunung Sindoro dalam kondisi 5 hari yang lalu pemerintah meresmikan untuk menaikan harga BBM, maka dari itu semua harga ongkos yang awalnya normal manjadi naik beberapa persen.
Bagian Dua...
Samapai kami di pintu rimba mulailah kami berdoa agar selamat selama perjalanan. didalam perjalanan ternyata track Sindoro via Alang-alang Sewu merupana jalur yang terdiri dari anak tangga dengan ditandai patok 1 - 15 untuk sampai di Pos 3 yaitu lahan untuk camp. Perjalanan dari pintu rimba ke Pos 1 sudah terasa sangat berat dikarenakan jarangnya bonus atau tanah landai dan memang bener bener anak tangga semua, dengkul dan betis yang tidak biasa di ajak naik tangga otomatis kaget panas dan terasa urat kencang di bagian paha dan betis mulai menggerayangi seaakan menyuruh untuk sudah istirahat saja dulu, letih yang mulai terasa dan tenggorokan yang makin kering menjadi faktor memperlambat gerakan langkah kaki. Patok demi Patok pun penanda kami lewati sampaialah di Pos 1. Istiraht di Pos 1 tidak terlalu lama hanya kisaran 15 menit dan lanjut gas lagi, menuju Pos 2 jalur tangga malah semakin berat tingginya jalur tangga dan sempitnya jalur membuat kaki makin terasa berat ga lama Pos 2 pun mulai terlihat, untuk pendaki yg sudah biasa pasti akan terasa biasa saja berhubung ini kumpulan manusia masnusia mager jadi ya saling pengertian aja. Di pos 2 sudah terlihat hamparan tanah luas dan bisa untuk mendirikan tenda. ( Banyak yg bilang di Pos 2 sebenarnya bisa saja apa bila ingin mendirikan tenda tapi terkesan tanggung jika harus camp disini. Disini kami agak sedikit lama karena memang kaki sudah mulai terasa sekali kali ini, pemandangan indah sudah mulai terlihat sejak di Pos 2.
Pos 2 ke Pos 3 malah makin berat bayangkan saja jalur track anak tangga makin tinggi bahkan terkadang ada yang tinggi sampai sampai dengkul bisa terkena dada. Jalur menuju Pos 3 memang bener bener mantap nanjak terus ga main main dan waktunya entah kisaran berapa jam intinya dari Pos 2 ke Pos 3 memakan waktu lebih lama di banding pos yang lainnya. Kisaran jam 4 Sore akhirnya kita sampai di Pos 3 batas pos untuk mendirikan tenda. Ternyata pada hari itu yg naik ke Sindoro melalui jalur alang alang sewu memang hanya 3 rombongan termasuk rombongan kami atau total orang keseluruhan hanya 9.
Tenda pun sudah terpasang dan kami ber 5 di bagi kedalam 2 tenda, beda sekali ketika di Prau yang terkesan ramai dan Sindoro yg terkesan sepi, apas bagi saya ketika matahari mulai terbenam dan gelap datang perut yang sedari tadi tidak mules tiba-tiba terasa sangat panas dan rasanya sudah tidak kuat. Panik bukan main karena sebelumnya belum pernah yang namanya merasakan bab digunung, bagus mempunya kawan yg pengertian jadi ada kawan yang menemani ketika panggilan alam sudah tidak kuat kala itu, bukan takut karena dingin ngeri ketika ada makhluk yang tidak di undang datang entah bagas atau makhluk lainnya haha. Perasaan yang sangat dramatis sulit di gambarkan mungkin yang pernah merasaakn bisa terbayang bagaiamana rasanya.
Bagian Tiga...
Kisaran jam 9 malam datang, ternyata angin nya makin kencang, ya wajar saja kita naik memang sudah di bulan-bulan berakhiran ber yang potensinya badai atau hujan. Angin sangat terasa di tulang namanya juga di atas ketinggian 2000 Mdpl lebih. kondisi badan kami dari ke 5 orang ini, 3 di antaranya tumbang termasuk saya. Benar benar menyiksa angin kala itu lelah dan dinginnya gunung jadi satu sangat berbeda dengan saat di Gn.Prau. Sudah mencoba makan, minum teh maupun tolak angin masih tetap sama saja. Akhirnya kamu ber 3 yg bisa dikatakan drop memaksakan untuk tidur supaya bisa ikut sumit, "seomga saja ujarku cuaca cerah besok pagi" , ternyata jam 11 malam hujan badai turun apes bagi kami yg sudah drop malah di tiban hujan badai. Tenda yang sudah double flyshit masih tetap saja nusuk ke badan anginnya. Hujan tak kunjung reda hingga jam 4 pagi padahal kondisi kami ber 3 sudah perlahan membaik namun hujan tak kunjung reda. Akhirnya kami semua memutuskan untuk tidak sumit dan stay di POS 3 ya gunung tidak akan kemana tapi keselamatan lebih di utamakan.
Bagian Empat...
Pukul 10-11 kita memutuskan untuk prepare dan lanjut turun. Entah hanya saya saja atau yg lain juga merasasakanya kalo turun lebih lelah dari pada naik rasanya. Bayangkan saja jalur alang-alang sewu yg notabennya adalah anak tangga harus satu persatu mulai kita turuni kembali. Membayangkanya saja pada saat diatas ingin turun rasanya sudah lelah apalagi dijalankanya. Patok demi patok coba kami lewati kembali dan na'as bagi saya setelah istiraht dipatok 7 kurang lebih setengah jam tiba-tiba kaki kanan saya tidak dapat digerakan. Mungkin karena kaget dari duduk langsung tiba tiba berdiri. Perlahan dicoba berjalan, semakin turun kaki semakin tidak bisa digerakan terkesan seperti tidak ada tenaga. Sungguh sanggat menyiksa rasanya otot paha dan otot kaki serasa tidak bekerja.
Sungguh sial sampai dipatok 2 kaki kanan semakin lemas dan sulit untuk diajak jalan, setengah jam lamanya berlalu sambil menunggu istirahat mau tidak mau harus dipaksa untuk diajak turun. Tracking pole sungguh sangat membantu pada saat kaki yang sakit diajak turun. Turun sambil menahan rasa sakit dan membayangkan kesalahan di atas gunung karena ada kata kata yang harusnya tidak dieluarkan ataupun ada perbuatan yang harusnya tidak dilakukan menambah takut sekaligus cemas. Pikiran hanya ingin pulang dengan kondisi selamat.
Bagian Lima...
Alhamdulillah kaki yang sedari tadi dipatok 7 sudah sangat lemas dan terasa sakit akhirnya bisa diajak sampai basecamp, hati sedikit lega walaupun masih khawatir kenapa kaki ini tidak kunjung membaik. Selepas bersih-bersih dan mengisi perut untuk persiapan balik ke terminal mendolo wonosobo untuk lanjut ke jakarta. sekitar jam 4 sore kita sampai di terminal mendolo wonosobo dan selepas isya sekitar jam 7an karena sibuk mencari bis yang akan kami tumpangi baru dapat untuk menuju jakarta. Sambil menahan sakit saya masih memikirkan apa yang salah di atas gunung sana hingga seperti ini.Sampai di jakarta pun saya masih memikirkan apa karena salah perkatan atau salah perbuatan atau memang saya saja yang kurang pemanasan pada saat turun gunung. 2 hari berselang kaki kanan saya mulai membaik dan bisa digerakan bersyukur dan sedih rasanya. Bersyukur karena masih bisa dikasih selamat sampai pulang ke jakarta tapi sedih karena gagal muncak di sindoro.
No comments:
Post a Comment